[2] Ini Tentang Kita

/
4 Comments

Ini tentang kita. Tentang dua orang yang saling mencintai. Tak ada lagi keraguan sebagaimana yang terasa beberapa saat lalu. Kini, harap telah menjelma. Kebahagiaan telah mendekap kita—seperti dekapanmu yang erat pada malam-malam yang dingin. Yang aku suka. Yang padanya selalu kutemukan kehangatan, ketenangan, dan perlindungan. Kamu memang seorang pelindung. Pelindungku. Kuharap itu selamanya.

Ini tentang kita. Dua orang yang kini melangkah bersisian di jalan yang sama. Saling menggenggam tangan, seolah takut salah satu dari kita melangkah terlalu gegas, atau justru tertinggal. Ah, cinta. Rupanya, saat ia telah mengetuk pintumu, hari terasa dihujani bunga-bunga dan waktu terasa lebih berarti—menyenangkan. Namun, satu yang tak kusuka, namun tak bisa dimungkiri, itu rindu. Ya, rindu. Kamu tahu, ia selalu ada saat genggaman kita terlerai dan langkah kita berjarak. Mengapa ia selalu ada? Aku bertanya-tanya. Tak henti rasanya ia menyertai, seperti pantai yang disertai ombak, seperti getar daun-daun yang diserai angin. Ah, hal itu membuatku kerapkali mendamba hari esok, di mana kita bertemu lagi.

Ini tentang kita. Dua orang yang kini berusaha untuk saling menjaga hati. Aku berjanji bahwa aku akan menjaga hati ini untukmu—maukah kamu menjanjikan hal yang sama? Kuharap kamu mau, namun tak ingkar di kemudian hari. Jadilah setia pada apa-apa yang kamu katakan, yang dengannya akan membuatku bahagia, membuatmu lebih berarti di mataku. Dan dengannya, tak perlu ada luka yang tergores di antara kita. Lalu, kelak, kenangan tak perlu getir, tak sampai membuat dada sesak, mata berair, apabila mengingatnya.

Ini tentang kita. Dan, aku berharap akan selalu tentang kita, dua orang yang dipertemukan waktu untuk saling mencintai, untuk saling mengisi dan melengkapi. Ah, aku lagi-lagi berharap, kelak nanti, kematianlah yang melerai kita. Bukan karena cinta yang memudar. Bukan pula karena hati yang tak mampu dijaga.

Ah, kamu, aku merindukanmu. Adakah kamu rasa?


You may also like

4 comments:

  1. "Mudah-mudahan kematianlah yang melerai kita, bukan cinta yang memudar..."
    Ini doa, ya? Daku aamiin-kan, Aiman. Aamiin.... ^_^

    Thanks buat sharing ceritanya. Selalu berkesan. Simpel, tapi indah. Pendek, tapi padat. Akan selalu senang buat baca cerita2 mini kamu. Lagi butuh, malah. Udah lama enggak nulis fiksi, non fiksi or diary mulu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih selalu teh dee, selalu menyempatkan diri untuk membaca cerita-cerita miniku. Ah, saya kangen tulisan fiksi teh dee juga. Ayo nulis, nanti tag saya ya biar nanti saya baca. Oke? Saya tunggu lho... :)

      Delete
  2. Whoaaa enggak janji di waktu-waktu dekat. Tapi insya Allah, Aiman. ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kapan pun itu, tetap saya tunggu ya teh, jangan lupa nanti tag saya hehe :)

      Delete