Tentang Cinta Yang Sama

/
0 Comments

Jatuh cinta. Ah, rasanya, itu adalah salah satu alasan kebahagiaan seseorang di dunia ini. Merasakan bagaimana rindu memenuhi dada, merasakan detak jantung mengencang saat bersua dengan dia yang kita cintai—menyenangkan. Namun, bagaimana bila cinta tak pernah terkatakan, hanya mengendap di dada, membikin sesak di sana?

Itulah yang dialami Satira—tokoh sentral dalam novel Kepingan Cinta Lalu karya Helga Rif ini—yang begitu terpikat dengan pesona sosok lelaki bernama Arga. Mereka bertemu kali pertama di Radio Gema Surabaya FM, di mana keduanya sama-sama hendak membeli tiket konser band MLTR—Michael Learns To Rock. Rupanya, waktu kembali mempertemukan mereka di rumah Intan, sahabat Satira, yang saat itu hendak memperkenalkan Satira kepada lelaki yang disukainya. Sulit melupakan wajah Arga, sontak Satira terkejut ketika tahu bahwa Intan jatuh cinta kepada lelaki yang diam-diam dikaguminya itu.

Meski berat, Satira mencoba merelakan Arga demi sang sahabat. Namun, itu bukan hal mudah. Terlebih ketika Arga menyatakan bahwa ia mencintai Satira, bukannya Intan. Bertambah-tambah beban yang Satira rasakan. Di satu sisi, ia bahagia mengetahui bahwa lelaki yang dicintainya ternyata juga mencintainya. Dan di sisi lain, ia juga tidak ingin mengecewakan Intan, sahabat yang begitu ia sayangi. Satira tak lantas menanggapi pernyataan Arga. Ia memilih menghindari lelaki itu, menyibukkan diri dengan band-nya di kampus. Namun, lagi-lagi, sulit bagi Satira untuk benar-benar terlepas dari Arga karena Intan kerap membawa lelaki itu di hadapan Satira.

Ketika akhirnya Intan dan Arga jadian, hati Satira benar-benar hancur. Namun, yang membuatnya terkejut adalah pernyataan Arga bahwa ia memacari Intan hanya supaya bisa lebih dekat dengan Satira. Karena itulah jalan satu-satunya yang bisa Arga ambil, meskipun sangat menyiksa perasaannya sendiri. (hal. 75).

Baca juga resensi lainnya: Menelusuri Jejak Cinta.

Di hadapan Intan, Satira sebisa mungkin tidak memperlihatkan kecemburuannya, kesedihannya. Dan, itu cukup berhasil ia lakukan. Persahabatan mereka baik-baik saja, hingga suatu hari, ketika Arga mengajak Satira ke rumahnya untuk mengambil video konser salah satu band favorit Satira yang dimiliki Arga, terjadi sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh Satira. Mereka berciuman dan nyaris saja Satira menyerahkan kehormatannya andai tak ada yang mengetuk pintu. Kejadian itu ternyata tidak hanya mengguncang Satira yang merasa menyesal dan malu, namun juga mengguncang persahabatannya dengan Intan. Bagaimanapun, berapa kali pun Satira meminta maaf, persahabatan mereka tak lagi bisa seperti dulu. Dan, ia pun harus melupakan Arga karena lelaki itu, entah mengapa, tiba-tiba menghilang dari kehidupannya.

Tujuh tahun kemudian, saat Satira sedang tur konsel band-nya di Bali, waktu kembali mempertemukannya dengan Arga, yang kebetulan bekerja sebagai area maneger di sebuah provider telekomunikasi yang menyelenggarakan konser. Sungguh, Satira benar-benar tidak menyangka bahwa waktu tujuh tahun tak lantas menghapuskan jejak-jejak rasanya kepada Arga. Ia masih bergetar, masih terpikat pada pesona Arga. Namun, pertemuan mereka kali ini, membawa serta sebuah harapan. Dan, Satira—yang telah memiliki kekasih bernama Ardian—perlahan-lahan dihampiri keraguan. Dilema.

Siapakah akhirnya yang akan dipilih Satira? Ardian—yang begitu hangat dan perhatian padanya meskipun hubungan mereka masih terbilang singkat? Atau justru Arga—cinta dari masa lalunya, yang telah lama ia dambakan? Bagaimanakah akhirnya, saat Satira tahu bahwa Arga tak hanya datang membawa harapan, namun juga membawa rahasia yang tak mampu ia sampaikan, hanya demi kebersamaannya dengan Satira? Temukan jawabannya dalam novel setebal 328 halaman ini.

Meskipun dengan ide yang klise, Mbak Helga Rif tetap mampu mengolah cerita menjadi lebih memikat dan memesona dengan bahasa yang lincah. Meski begitu, masih terdapat beberapa typo dalam novel ini, pengulangan informasi tentang Intan yang mendapat beasiswa ke New York—sudah pernah dibahas oleh Arga dan Satira saat di Bali, kembali dibahas saat mereka ada di Surabaya. Dan, menurut saya, terlalu sering menggunakan kata "kini"—serius, seriiiiiing banget, hehe, sudah pernah saya dan penulis diskusikan dulu via BBM  Winking smile  Dengan cover yang cantik, blurb yang manis, dan tentunya kisah yang menarik, sayang rasanya kalau dilewatkan saat mampir ke toko buku.

Selamat membaca!

Judul : Kepingan Cinta Lalu
Penulis : Helga Rif
Penerbit : Bukune
Tahun terbit : November 2012, Cetakan II
Jumlah halaman : iv+324 halaman
ISBN : 602-220-058-x

Rating :  Red heart  Red heart  Red heart  Red heart  Broken heart  




You may also like

No comments: