Ini Tentang Kita

/
2 Comments

Ini tentang kita. Tentang segala yang telah kita lalui beberapa bulan ini. Rasa nyaman saat berada di sisimu, berjalan bersamamu, dan tertawa denganmu. Ada getar yang kerapkali muncul pada setiap hadirmu di dekatku. Getar yang kutahu, kupahami, namun tak mampu tersampaikan. Selain menikmatinya, apa lagi yang kubisa? Seiring waktu berjalan, harapan perlahan-lahan membutir di dadaku—kadang-kadang terasa sesak di sana, kadang-kadang pula membuatku menjadi lebih semangat, bahagia, untuk bisa bersua denganmu lagi—esok dan sampai nanti.

Ini tentang kita. Sebuah hubungan yang tak ubahnya angin, tak tertebak ke mana larinya. Namun, aku tak henti berharap, semoga nanti angin itu akan menerpa kita—membuat segalanya menjadi jelas. Sejujurnya, aku sudah lelah meraba-raba hatimu. Keraguan acapkali hadir setiap kali aku melakukannya. Adakah namaku di sana? Aku selalu bertanya-tanya. Adakah sebentuk rindu untukku di sana—sebagaimana sebentuk rindu yang teronggok di sudut hatiku, untukmu. Adakah?

Ini tentang kita. Ah, sungguhkah? Aku takut kalau ini hanya tentang aku saja, yang memendam rasa padamu. Namun, bukankah keakraban telah kita miliki? Kedekatan pun demikian. Dan, tentu saja, perlakuanmu padaku mau tak mau menerbitkan sedikit keyakinan bahwa semua ini akan berakhir dalam cinta. Ini akan berakhir indah. Benarkah? Aku sungguh tak tahu. Menebak-nebak pun—entah mengapa—membuatku gentar. Aku hanya bisa berharap dan berharap. Apalagi yang kubisa? Apalagi?

Ah, hati. Ah, cinta. Ah, kamu, mengapa tak bergegas bilang?

Rupanya, menunggu cinta datang mengetuk pintumu, mampu mendatangkan resah yang tak habis-habis.

Cinta, cepatlah tiba. Kuharap, perjalananmu baik-baik saja.



You may also like

2 comments:

  1. "Cinta, cepatlah tiba. Kuharap perjalananmu baik-baik saja. Karena... aku menunggu."

    "Saya" di sini perempuan, kah? Ya, pelajaran buat laki-laki nih. Jangan membuat perempuan terlalu lama menunggu. Diberi ketidakpastian. Tersiksa juga sama 2 perasaan yang dirasakan di waktu yang sama. Merasa ragu sekaligus yakin, merasa dekat sekaligus jauh. Ah, bagus, Aiman! ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, di sini sayanya adalah perempuan. Betul banget teh, sekaligus pelajaran untuk diriku juga, hehe thanks teh dee udah membaca tulisan kecil ini :)

      Delete