Suatu Pagi Dengan Tabaro Nihole

/
0 Comments
sagu goreng
Ada yang istimewa dengan sarapan saya di suatu pagi beberapa hari lalu. Mengapa saya katakan istimewa, padahal penampakkannya biasa-biasa saja, bahkan mungkin tidak mengundang selera sama sekali? Yah, karena sarapan saya pagi itu adalah tabaro nihole atau sagu goreng dalam bahasa Indonesia, di mana makanan ini sudah cukup lama tidak saya cicipi. Kangen dengan makanan hasil olahan sagu ini, saya bahagia saat tahu kakak saya akan membuat tabaro nihole—kebetulan saat itu ada sagu di rumah.

Tabaro nihole tidak hanya mengandalkan sagu saja, dalam pengolahannya, sagu itu dicampur dengan kelapa setengah tua—artinya, tidak tua, dan tidak juga muda. Setengah tua pokoknya. Lalu, keduanya digoreng di atas api sedang. Nah, jangan pikir membuat tabaro nihole ini semudah membuat nasi goreng. Beuh, beda sekali perbandingannya. Membuat tabaro nihole membutuhkan perjuangan ekstra, karena kenapa? Karena saat sagu itu sudah terkena panas, ia akan meleleh dan melengket di penggorengan. Di sinilah, pembuat tabaro nihole harus mengeluarkan tenaga dalam hahaha   Open-mouthed smile 

Sampai segitunya?

Iya, memang sampai segitunya. Dipikir mudah mengaduk sesuatu yang kayak mengaduk lem. Apalagi dalam jumlah banyak. Enggak layauuu!


Bahkan, pagi itu, saat kakak saya membuat tabaro nihole, dia sampai dibantu oleh satu orang lagi. Kalau tidak, penggorengannya bakal goyang dumang, ke sana dan kemari. Pokoknya pagi itu, kami orang-orang rumah banyak tertawa, merasa lucu karena makanan sesederhana itu membutuhkan dua orang dalam pembuatannya. Hampir saja saya ikut gabung membantu, tapi kemudian batal karena merasa belum punya tenaga dalam yang ada hanya tenaga untuk mencintai dan dicintai, hahaha. Saya akhirnya memutuskan untuk menonton saja dan menunggu semuanya siap di makan  Note na na na na na na Note

Yah, namanya juga sagu, jadi rasanya tentu saja tawar. Iya, sih, ada kelapanya, tapi itu hanya sebagai penambar aroma saja, jadi terkesan menggugah selera begitu. Bayangkan saja aroma kelapa goreng bagaimana, hmmmm... Sebenarnya tabaro nihole tetap bisa langsung di makan kok, tapi akan terasa lebih nikmat lagi kalau dicampur dengan ica motui atau ikan kering—atau ikan asin—dalam bahasa Indonesia.

sagu goreng

Nah, dengan adanya ica motui itu, tabaro nihole yang notabenenya hanya makanan sederhana, bakal terasa senikmat makan pizza, mungkin nikmatnya lebih dari senikmat makan pizza—paling tidak itulah yang saya rasakan.

Akhirnya, rasa kangen pada tabaro nihole terbayar tuntas hari itu. Berharap akan ada pada pagi-pagi selanjutnya *tapi sampai postingan ini saya tulis, belum ada lagi tabaro nihole hikss, habis bikinnya susah sih*

Nah, itu dia makanan sederhana yang menjadi favorit saya, apa makanan sederhana yang menjadi favoritmu? Share, yuk!




You may also like

No comments: