[3] Ini Tentang Kita

/
1 Comments

Ini tentang kita. Yang masih melangkah bersisian di jalan yang sama. Hari demi hari telah berlalu, telah kita lewati bersama, dan aku—entah mengapa—mulai merasa sesuatu darimu perlahan-lahan memudar. Bukan cinta, aku tahu itu. Bukan cinta. Tetapi sesuatu yang kusebut perhatian. Hal yang dulu, berbulan-bulan silam, kudapatkan hampir tak ada jeda. Kamu tahu, itu selalu menjadi alasan kebahagiaanku. Senyumku melebar pada setiap resahmu bila aku terlambat makan, pada cemasmu saat aku melakukan terlalu banyak hal—nanti kamu sakit, begitu katamu. Ah, kamu…

Ini tentang kita. Akan selalu tentang kita, kurasa. Sebab waktu masih berbaik hati, membiarkan kita melewati hari dalam kebersamaan—meski belakangan, hal itu tak lagi sering terjadi. Aku tak tahu mengapa. Yang jelas, selalu ada alasan yang kamu katakan setiap aku mendamba sebuah pertemuan. Aku selalu berusaha mengerti. Aku selalu berusaha menabahkan diri, juga hati. Namun, tidakkah kamu berusaha mengerti aku? Kamu tahu, rindu takkan pernah melebur tanpa sebuah pertemuan. Sebab itulah apinya—melelehkan rasa yang menggumpal di dada. Tidakkah kamu rindu?

Ini tentang kita. Yang kini seolah-olah telah berjarak, padahal kita masih di jalan yang sama. Di sudut hatiku, kamu tahu, ada segelombang risau yang mengempas. Risau kalau-kalau semua ini, yang pada mulanya kita mulai dengan bergelora, mulai menemukan titik jenuh—titik bosan. Ah, tidak. Jangan. Aku tidak mau itu terjadi. Masih banyak, terlalu banyak malah, hal-hal yang ingin kulewati bersamamu. Aku masih ingin merasakan hangat jemarimu di genggamanku. Erat pelukanmu di bahuku. Lembut belaianmu di rambutku. Tatapan matamu di mataku. Dan, caramu tersenyum. Sungguh, aku masih ingin merasakan semua itu.

“Tak ada yang perlu dirisaukan, karena cinta sudah mampu menjaga kita,” katamu pada satu sore yang hangat. Itu, entah mengapa, seketika mengusir kerisauan dalam hatiku. Lalu, kamu menambahkan, berbisik lembut di daun telingaku, “Dan, kamu hanya perlu percaya. Itu saja.”





You may also like

1 comment:

  1. Aish... si perempuan menjawabnya konflik batin cowoknya. Jadi lega. Hehehe

    ReplyDelete