Hari keempat: Bersyukur

/
0 Comments

Hari keempat. Alhamdulillah masih setia menulis.

Pada tulisan ketiga kemarin, aku bercerita bagaimana aku bisa bekerja di Surabaya, jauh dari Bumi Anoa. Kali ini, aku mau melanjutkan cerita itu.

Rasanya ada begitu banyak hal yang harus aku syukuri. Mendapat pekerjaan tanpa perlu repot-repot mencari. Perjalanan gratis dari Sulawesi–Surabaya. Sesampainya di Surabaya, aku juga tak perlu repot-repot mencari tempat tinggal karena Daeng Rewa menempati ruko 3 lantai, di mana lantai 1 dan 2 berisi jejeran meja-kursi untuk para pembeli. Sementara lantai 3 untuk tempat tidur para pegawainya. Selain itu, makan sehari-hari ditanggung di sini. Juga tak perlu lagi memikirkan biaya akomodasi karena aku tinggal langsung di sana. Alhamdulillah banget kan? :)

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?

Ada hal lucu ketika awal-awal berada di Surabaya. Seumur hidup tinggal di Sulawesi, dan terbiasa mendengar suara orang-orang yang lantang khas Sulawesi, membuatku kagok saat berada di lingkungan Jawa yang notabene-nya bersuara lembut--sebagian malah super duper lembut--dan ditambah lagi medoknya. Duh, Tuhan. Lengkap sudah. Hahaha.

Pada beberapa kejadian, saat berbicara dengan orang Jawa, aku sampai harus bertanya beberapa kali apa yang sudah mereka katakan. Aku mendadak menjadi bak orang tuli. Kali lain, karena nggak enak dan malu meminta mereka mengulangi apa yang mereka katakan, akhirnya aku mengangguk-angguk saja, pura-pura ngertos. Padahal, oraaaa :D

Di Surabaya ini, sekali lagi Allah mengabulkan keinginanku untuk memiliki usaha, bisnis. Sewaktu di Kabaena, untuk mengisi waktu luang, aku mencoba menjadi seorang dropshiper produk Wall Sticker atau Stiker Dinding. Selama menjadi dropshiper ini keuntungan yang aku dapatkan cukup lumayan. Dan kegiatan ini masih berlangsung sampai aku bekerja di Daeng Rewa. Entah mengapa, aku cukup menyukai bisnis ini. Tidak terlalu merepotkan dan peluangnya juga sangat besar. Orang-orang tentu bosan dengan dinding mereka yang warnanya begitu-begitu saja. Paling ditempeli foto atau poster biar tidak monoton. Just it. Nah, Wall Sticker ini bisa menjadi solusi untuk mempermanis ruangan, menyegarkan mata tatkala memandang *jiaaaah* Apalagi dengan motif yang uaekeh tenan--banyak banget maksudnya, hehe :)

Nah, selama beberapa bulan bekerja, aku akhirnya menyetok Wall Sticker juga. Inilah keinginan yang juga Allah kabulkan. Alhamdulillah. Masalah bisnis Wall Sticker ini, akan aku ceritakan di tulisan lainnya ya.... Yang jelas, seperti yang aku dambakan saat masih di Kabaena, aku akhirnya benar-benar sibuk. Setelah Daeng Rewa tutup, aku melanjutkan dengan membungkus orderan-orderan Wall Sticker. Tak jarang sampai mendekati angka 12 selama aku bergumul dengan orderan-orderan itu. Mata sampai tinggal 5 Watt. Tapi, alhamdulillah. Segala sesuatu yang disyukuri, akan selalu menghadirkan kebahagiaan di dada.

Ya. Karena bahagia itu sederhana; bersyukur.


You may also like

No comments: