Hari Kedua: Gagal, Namun Never Give Up

/
0 Comments


Ini sebenarnya bukan hari kedua, tapi hari ketiga. Kemarin seharusnya hari kedua, tapi ternyata aku gagal untuk istiqamah menulis. Kalau mau mencari alasan, ada banyak alasan mengapa aku tidak menulis kemarin. Namun, aku tidak mau menjadi orang yang selalu mencari-cari alasan. Aku tidak mau hidup seperti itu. Yang sebaiknya aku cari adalah jalan keluar. Seperti judul postingan kali ini, Gagal, namun never give up!

Tulisan kali ini, jujur aku tidak tahu harus menulis apa. Tidak ada ide yang melintas di kepalaku apa yang harus aku tulis. Namun, ada yang sangat terasa sekarang di dalam hatiku. Mungkin, sebaiknya aku tulis itu saja.

Ini tentang perpisahan. Tidak usah bertanya perpisahan dengan siapa, hehe. Karena terkadang, aku cenderung suka memikirkan perpisahan, menyentil sisi melankolis dalam diriku, yang mana sering kali membuat aku jadi bergairah untuk menulis--kadang bekerja, kadang juga tidak sih, hehe.

Pertemuan. Perpisahan. Keduanya tak terpisahkan. Keduanya senantiasa berjalan bersisian. Seringkali, kita menyedari bahwa perpisahan itu akan datang, namun seringkali pula kita tidak mempersiapkan hati untuk hal itu. Akhirnya, ketika terjadi, sakitnya luar biasa. Ah, siapa juga yang suka perpisahan. Semua orang menyukai kebersamaan. Memikirkan perpisahan hanya membuat takut saja, walaupun itu pasti terjadi.

Perpisahan. Ia bagai malam yang perlahan-lahan merampas senja. Dan perpisahan tak pernah lupa menitipkan sekantung kenangan, untuk kita bawa setiap harinya. Menyiksa kita untuk meniti langkah hari demi hari. Seolah-olah hari terasa berat, terasa panjang. Perjalanan tak lagi menyenangkan, yang tadi bersama kini tinggal sendiri.

Ah, perpisahan....
Ah, kamu....


You may also like

No comments: