Hari ini, yang Mencintaiku

/
3 Comments
Sumber: google
Hari ini, aku berpikir semuanya takkan sama lagi. Ketika waktu seumpama helai angin yang tak pernah mampu aku baca. Tak pernah mampu aku mengerti. Tahu-tahu saja aku dapati diriku berdiri di titik ini. Termangu. Menatap. Merenung sampai senja berlimbak-limbak. Menampakan diri laksana kenangan. Bersamamu. Tahun-tahun yang lampau.

Hari ini, aku berpikir semuanya takkan sama lagi. Diri ini—sesuatu yang tak terbantah. Sikap ini—sesuatu yang kerap membingungkan. Sesekali aku tak mengerti dengan semua itu. Di waktu lain aku malah teramat mengerti. Aku tahu, ada sesuatu yang menunggu kucapai. Mungkin, dewasa. Mungkin, cinta. Dan boleh jadi,
mimpi. Entahlah itu….

Hari ini, aku berpikir semuanya takkan sama lagi. Meski begitu, aku selalu menunggu hari ini. Seperti menunggu tamu agung yang mederap dari tanah jauh. Aku bingung, terkadang. Apa yang aku harapkan pada hari ini. Apakah cinta? Ah, cinta sudah terlalu banyak. Aku saja yang mengira cinta terus mengikis, seiring waktu, padahal tidak. Lagi-lagi aku tak banyak mengerti. Maafkanlah….

Lalu, tatkal bandul jam berdentang dua belas kali, aku benar-benar tersadar bahwa semuanya takkan sama lagi. Aku membuka mata. Aku mekarkan telinga. Aku rekahkan hati. Seseorang berbisik padaku: “Bersyukurlah, kau masih menemukan hari ini.”

;dia—seseorang yang mencintaiku sampai kapan pun. Aku tahu itu. Sebesar apa pun dia memintal kebohongan padaku.

Seketika aku mengerti semuanya. Satu demi satu.

Cinta-Mu. Cintamu.



You may also like

3 comments: