Hari Ketujuh: Kopdar dan IBF

/
1 Comments
Islamic Book Fair, Balai Pemuda, Surabaya.

Sudah tiga kali gagal dalam proyek menulis 40 hari ini. Ya, seharusnya kemarin, Minggu tanggal 1 Mei menjadi tulisan ketujuh—dan ini seharusnya menjadi tulisan kedelapan—tapi kembali saya tidak menulis. Bedanya, kegagalan kemarin tidak terlalu membuat saya sedih. Bukannya apa-apa, masalah kegagalan saya kemarin bukan karena kemalasan saya untuk menulis, tapi karena tidak ada waktu—mungkin, lebih tepatnya sangat sedikit waktu—untuk menulis. Dari pagi sibuk menyiapkan jualan depot, lalu berhubung weekend, Daeng Rewa kebanjiran pembeli, alhamdulillah. Malamnya, saya harus ke Balai Pemuda, ke acara IBF atau Islamic Book Fair—ya, tempat terbaik buat khilaf beli buku, haha—sampai jam sembilan. Pulang-pulang sudah capek. Lelah yang terkumpul dari kesibukan kerja dan kesibukan mencari-cari buku di IBF. Akhirnya, yup, sudah tertebak: bobo cantik ganteng.

Hari Minggu. Meskipun hari yang penuh kesibukan, tapi saya bersyukur karena hari itu menjadi hari yang membahagiakan sebab bisa kopdar dengan teman dunia maya asal Salatiga—mbak Iken Vidya.

Saya mengenal mbak Iken karena uncle Dang Aji. Ya, seingat saya, waktu itu mbak Iken terpilih menjadi nominasi Unsa Ambassador—sebuah ajang pemilihan duta kepenulisan di grup facebook Untuk Sahabat atau Unsa. Uncle kemudian menghubungi saya, untuk menjadi mentor atau pendamping mbak Iken selama melewati masa seleksi. Tugas saya membimbing supaya tulisan mbak Iken bisa mengantarkannya menjadi pemenang—meskipun akhirnya mbak Iken gagal entah ditahap ke berapa, saya sudah lali alias lupa.

Meskipun gagal, kami terus berkomunikasi. Saling menyemangati dalam hal menulis—berhubung sama-sama jadi orang yang moody-an (atau pemalas, yak?) Mengobrol ngalor-ngidul sampai-sampai berasa seperti saudara sendiri. Sampai akhirnya, mbak Iken mengabari akan mbolang ke Surabaya bareng teman karibnya, mbak Mia. Tentu saja saya senang, karena itu berarti kami akhirnya bakal ketemuan. Kopi buaya darat. Tadinya, mbak Iken ke Surabaya dengan misi nonton Ada Apa Dengan Cinta 2, tapi akhirnya nontonya di Pasuruan. Dan ke Surabaya khusus buat bertemu saya *kibas poni sek* Harap maklum, menurut pengakuan mbak Iken, dia itu fans seberat 100kg sama saya. Padahal, saya mah apa atuh....

Sambil kerja, saya bertanya-tanya, mbak Iken dan mbak Mia mau ke sini jam piro-an, ya? Aku berharap datangnya agak sore, karena kalau siang alhamdulillah depot ramai—jadi ngobrolnya susah. Eh, ternyata, datangnya siang. Akhirnya, mau tidak mau, saya mengobrol dengan mereka sambil melayani pembeli yang terus berdatangan, seolah-olah tak mengerti saya sedang ingin mengobrol banyak dengan keduanya.


Seperti yang sudah lama diidam-idamkan mbak Iken, segera saja Es Pisang Ijo di pesan. Sop Konro. Buras. Nasi. Pokoknya uakeh tenan pesanannya, sampai-sampai saya bertanya, nggak bakal kekenyangan nanti? Eh, ternyata oh ternyata, kata mbak Mia, mbak Iken emang porsi makannya segitu haha. Ngak apa-apa sih, asal sehat dan dompet tebal sajah, silakan :D

Mbak Iken dan mbak Mia cukup lama di Daeng Rewa. Hingga akhirnya, mereka pamit dan akan kembali lagi ke Daeng Rewa karena saya ngajakin mereka untuk ke Islamic Book Fair di Balai Pemuda, mumpung lagi di Surabaya. Tapi, ternyata, dua cewek cantik itu mbolang sampai di Delta Plaza. Dapat bbm dari mbak Iken kalau kami ketemu di Delta saja, nanti bareng-bareng ke Balai Pemuda. Yowes ae aku mah haha.

Biar kayak penulis benaran, tanda tangan di novel Ketika milik mbak Iken :)
Alhamdulillah, rejeki anak sholeh, dapat Enting-Enting, oleh-oleh khas Salatiga.

Pada akhirnya, bertemulah kami di Delta Plaza dan menyusuri tepian jalan menuju Balai Pemuda, di mana telah menunggu Diniyah Hidayati,

Ada kejadian lucu. Ketika hendak menyeberang ke Balai Pemuda lewat zabra cross, ternyata kami gagal. Kendaraan-kendaraan tak ada yang memelan, tidak mengerti perasaan kami *eeaaa* Sampai akhirnya, kami mendengar suara, “tetot... tetot...” di kejauhan. Mbak Mia langsung bilang kalau kami lewat zebra cross yang ada “tetot... tetot...” nya saja. Dasar orang Indonesia, baru mau memelankan kendaraan kalau ada suara “tetot... tetot...” Zabra Cros mah diabaikan ae. Preeet!

Dan, di IBF, seperti yang sudah saya duga, kembali saya khilaf membeli buku, padahal stok buku yang belum di baca masih uakeh tenan.

Hasil Khilaf di IBF.
Puzzle buat keponakan, Athalla :)

Pada akhirnya, saya berdoa semoga bisa kembali bertemu dengan mbak Iken, juga mbak Mia yang mendampingi mbak Iken mbolang plus jadi fotografernya. Terkadang, dunia ini memang selebar daun kelor. Allah bisa saja dengan cara-Nya kembali mempertemukan kita. Insya Allah.


You may also like

1 comment:

  1. Keren sodara cerita perjalanannya and good luck disana yah jgn lupakn kami disini..

    #Fighting, semga mnjadi org besar dan sukses..

    ReplyDelete