Cinta, Kapan Kau Temukan Jalan Pulang?

/
4 Comments
Sumber: Uncle Gugel


Entah pukul berapa malam—aku tak begitu ingat—seseorang membangunkan tidurku. Herannya, ketika aku membuka mata, tak ada siapa-siapa. Tidak juga kau yang kerap menggelimuni mimpi-mimpiku. Aku mendesah sejenak. Jenak berikutnya, sesuatu membasuh hatiku.
           
Rindu!
             
Kau boleh jadi tak pernah tahu hal ini. Kau boleh jadi tak merasakan hal yang sama. Kau boleh jadi tak mengingatku secuil pun seperti aku mengingatmu gilang-gemilang. Andai kau tahu. Malam demi malam aku habiskan menanti dirimu, menanti cintamu, menemukan jalan pulang. Tetapi kapan?
             
Kau suka langit malam. Apa dan bagaimana pun keadaannya. Aku tahu itu. Dulu, kau juga yang mengatakan itu padaku. Adakah kau ingat? Kau menyukai langit malam—kelam atau pun bertabur bintang-gemintang—entah karena apa. Ketika kutanya mengapa, kau hanya bilang, “suka saja.” Bibirmu meretas senyum. Manis sekali. Setelah kau puas menatap petala langit dengan segenap pernak-perniknya, sepasang bola matamu yang jernih itu akan menatapku. Lembut, namun berarti banyak. Lagi-lagi, aku tak begitu pandai menerjemahkan tatapanmu itu.
             
Aku menyesal…
             
Aku terlalu bodoh…
             
Ketika kau akhirnya memutuskan melangkah jauh dariku, ketika itu pula aku memutuskan untuk menantimu—apa dan bagaimana pun—bila harus selamanya, tanpa ragu akan kulakukan. Demi dirimu yang agung di pedalaman hatiku.
             
Belakangan aku baru menyadari alasan kau menyukai langit malam. Dari balik kaca jendela kamar, aku kerap menatap langit malam itu, bersama liang-linang rindu di dada. Berharap—aku yakin sebenarnya—kau pun tengah menatap langit malam.
            
“Maafkan aku,” demikian bisikku selalu. “Aku terlalu mencengkerammu”
            
Malam ini, aku kembali menjenguk jendela. Kutemukan secarik kertas di sana yang ikut mendingin. Kertas yang berisi patah kata-kata. Secarik kertas dari seseorang di hari ulang tahunku—tak jelas siapa. Kertas yang cukup mampu melelehkan segala rindu. Membuat aku berani memintal harap.
             
Tulisnya:
             
        Percayalah. Dia yang meninggalkanmu, dia pula yang kerap teringat akanmu.
             
Boleh jadi, kau merindukanku sekarang…
            
 Ya, boleh jadi.




You may also like

4 comments:

  1. dan kau tau.. saya yakin,, disetiap hembusan napasnya kini pun ada namakuu disana.. pun pada baitbait doa terindahnya disetiap subuh, aku yakin dia juga merapal namakuu dsanaa..

    #sangat suka postinganmuu yg inii Aimaann.... ^^

    ReplyDelete
  2. Huwaa, thanks yaa kak Niar :) rajin-rajin berkunjung, ntar dapat traktiran lho *eh hohoho :D

    ReplyDelete