yang popular
-
Punya Gue Alhamdulillah rabbil alamin. Puji syukur untuk Dia Yang Maha Segalanya. Dia yang selalu...
-
Desir angin menyapu ilalang. Menggetarkannya hingga terlihat seperti menggelitik senja yang tumpah di cakrawala. Winda termangu. Menatap s...
-
Punya Gue Salam Ramadhan…. Lama sudah rasanya aku tidak posting tulisan di blog in...
yang tersimpan
-
▼
2015
(20)
-
▼
April
(15)
- Nyanyian Kutilang
- Suatu Pagi Dengan Tabaro Nihole
- Lama Bersama, Tak Berarti Berakhir Bahagia
- Lelaki Tangguh Itu Bernama Bapak
- Tentang Cinta Yang Sama
- Karena Aku Tak Selalu Menjadi Lelaki Pemberani
- Hukum 10 Ribu Jam
- [4] Ini Tentang Kita
- [3] Ini Tentang Kita
- [2] Ini Tentang Kita
- Ini Tentang Kita
- Haruskah Ada Janji Untuk Setiap Perpisahan?
- Menelusuri Jejak Cinta
- Ketika Cinta di Ujung Senja
- Welcome April
-
▼
April
(15)
Wah, Aiman. Simpel, tapi 'ngena'. Sempat kecewa jawaban lelakinya gitu. Tapi setelah ia menjelaskan, kita enggak bisa apa2 selain memakluminya... dari suau saat janjinya rapuh. Uh, ini cerita daku banget. Bedanya bukan di pelabuhan, terus si lelakinya enggak sebijak ini. Aaaak!
ReplyDeleteTerus TKP-nya di mana teh? Stasiun kereta? hehe iya, daripada berjanji dan terkhianati, si perempuan akan sangat tersakiti karena nanti dia pasti akan teringat-ingat terus janji itu. Cari aman aja, jalani tanpa perlu ada janji. Terkhianati menyakitkan, juga bakal menjadi utang buat si lelaki bila janji itu tidak dijalani:))
DeleteDi sekolahan. Wkwkwkkk
ReplyDeleteIni dilemma, Aiman. Perempuan kalau menangkap keraguan laki-laki itu kayak gimana, ya. Tapi laki-lakinya juga gimana...
Well yah, cari aman. Oke, oke. Hehehe
Ooo di sekolahan ternyata hahaha iya, dilema banget teh dee :)
Delete